Jangan Ragu Untuk Memulai, Jangan Takut Untuk Mengakhiri Dan Jangan Lelah Untuk Mencari

Tempatkan Senyum Dalam Setiap Langkah

Sinari Amal Dengan Niat Ikhlas

Yakinlah! Semua Akan Indah Pada Waktunya

Karena Orang Yang Paling Bahagia Di Dunia Ini Adalah Orang Yang Bisa Menciptakan Kebahagiaan

MUSLIMAH

MUSLIMAH

Selasa, 05 Juni 2012

INSPIRASI DARI KAWANKU




Pernah suatu ketika takdir mengiringku pada sebuah kisah yang akan selalu menjadi pengalaman berharga sepanjang hidupku. Kisahku ini berawal dari seorang kawan yang kukenal saat pertama kali menjajahkan kaki di Sekolah Menengah Atas. Dia adalah salah seorang yang menginspirasiku untuk menjadi penulis. Namanya, Dedy Arman. Dari namanya saja sudah bisa ditebak kalau dia seorang laki-laki. Yah, dialah laki-laki pertama yang akrab denganku dan sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Aku masih ingat ciri-cirinya. Dia memiliki postur tubuh jangkung dan sangat langsing alias kurus, warna kulit agak gelap, mata bulat sayu, dan jari-jari panjang yang setiap harinya dia gunakan untuk menarik pipiku hingga aku meringis. Dia juga sering menegurku karena aku suka makan banyak. Padahal jika diperhatikan, napsu makan yang sebesar raksasa tidak seharusnya dimiliki oleh kurcaci sepertiku. Dia kadang menertawaiku karena hal ini.
Tapi dibalik kejailannya, ternyata dia adalah pesaing yang tangguh dan cerdas. Itu terbukti dari keberhasilannya menduduki jabatan sebagai wakil ketua kelas dan peringkat satu pun berada dalam genggamannya. Masih banyak hal menarik darinya yang tidak mampu kutorehkan dalam tulisan ini. Karena mengenang itu semua rasanya membuatku ingin meneteskan air mata. Kalian tahu, kenapa aku mengatakan, “aku hanya bisa mengenang”? Yah, karena kawanku ini telah tiada. Dia telah kembali ke pangkuan-Nya.
Hari itu, seminggu setelah pengumuman peringkat di kelas, kami mengadakan upacara. Menurut isu yang beredar di kalangan teman-temanku, lima murid yang mendapatkan peringkat tertinggi di kelas akan ditransmigrasikan ke kelas unggulan. Saat nama-nama itu disebutkan tidak sedikit dari teman-temanku yang menangis, begitu juga aku. Rani dan aku dipindahkan ke kelas X.2, sedangkan Dedy dan Ana dipindahkan ke kelas X.1. Kami sempat melayangkan protes kepada guru-guru karena kami tidak ingin berpisah dengan teman-teman kami di kelas yang lama. Tapi aspirasi kami ditolak. Inilah ketentuan yang harus ditaati semua warga sekolah.
Mulai saat itu, keakrabanku dengan Dedy memudar. Komunikasi kami juga berkurang. Dan ketika berpapasan di jalan pun kami hanya tersenyum tanpa bertegur sapa. Hingga terakhir kudengar kabar bahwa dia sedang sakit dan aku tidak pernah menjenguknya sekalipun karena terlalu sibuk dengan tugas sekolah dan ulangan harianku. Sampai suatu sore, aku menerima pesan singkat yang sangat mengejutkan dari temanku. Dedy telah berpulang ke Rahmatullah karena menderita penyakit hemofili. Aku terdiam. Aku merasa dadaku sangat sesak. Aku tidak tahu apakah aku terlalu sedih sehingga tidak mampu meneteskan air mata.
Keesokan harinya, aku dan teman-temanku ke rumahnya untuk melayat. Air mataku meluap saat melihat tubuh jangkungnya terbaring kaku, wajahnya yang tak lagi menertawaiku saat makan banyak dan jari-jari tangannya yang tak mungkin mencubit pipiku lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku merasa sangat kehilangan sosok yang selama ini sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Hari yang kelam itupun berakhir di pemakaman dan ditutup oleh malam yang penuh dengan taburan bintang.
Beberapa hari kemudian, aku dan teman-temanku kembali mendatangi rumah duka. Di sana kami disambut ramah oleh ibu dan kakak perempuan Dedy. Beliau menceritakan semua tentang keseharian Dedy. Dan apa yang kudengar selanjutnya membuat aku semakin tertegun. Ternyata bukan hanya Dedy yang menderita hemofili dalam keluarganya. Dia juga memiliki seorang kakak laki-laki yang telah pergi mendahuluinya saat menduduki bangku SMP. Yang aku tahu, hemofili adalah penyakit keturunan yang ditandai dengan darah yang sukar membeku saat luka, dimana penyakit ini biasanya hanya menyerang laki-laki sedangkan perempuan hanya sebagai pembawa gen. Pada umumnya penderita penyakit ini telah divonis tidak akan mampu melewati umur 16 tahun, tapi Dedy beruntung masih bisa bertahan sampai kelas X SMA.
Setiap malam ibunya pulang balik ke kamar anaknya hanya untuk memeriksa apakah Dedy tidak terbentur atau tergores sesuatu saat tertidur. Sedangkan kami di sekolah dengan leluasa memukul dan mencubit lengannya saat bercanda, tapi dia tidak pernah mengeluh dan memberitahu kami bahwa dia mengidap penyakit mematikan itu. Setiap hari dia selalu bersemangat ke sekolah, debat di kelas adalah favoritnya, matematika sebagai sarapan paginya, menjadi dokter merupakan impiannya, dan dibalik kecerdasan intelektualnya, dia juga memiliki spiritual yang keren. Rajin beribadah di saat anak seusia kami masih banyak yang melalaikan shalat. Dan yang lebih mengagumkan lagi, di tengah teman laki-laki lain yang sedang tergila-gila oleh kecanggihan transportasi, Dedy tidak pernah minta dibelikan motor oleh orang tuanya. Dia lebih memilih jasa tukang ojek untuk mengantarnya ke sekolah dan demi menghemat uang belanja, jalan kaki di tengah terik matahari dari sekolah ke rumahnya sejauh 2 km pun tak menjadi masalah baginya. Dan menjelang ajalnya, dia masih sempat mengagetkan tetangga dan seisi rumahnya dengan suara adzannya yang sangat keras. Subhanallah...
Dedy... Dedy! You are my inspiration, sobat. Sejak saat itulah aku berniat menulis kisah fantastis tentangmu, tapi baru sekarang tersampaikan karena telah didahului  oleh tulisan-tulisan lainnya termasuk novelku yang telah terbit April tahun ini.
Dedy, aku belajar banyak arti hidup darimu. Di tengah takdir yang menantimu, kau tetap tawakkal, tegar, dan terus berusaha menjadi yang terbaik. Aku belajar bahwa hidup itu bukan bagaimana kita berdiam diri untuk menunggu takdir menjemput kita, akan tetapi bagaimana kita berusaha mempersiapkan diri menjemput takdir yang akan datang kepada kita. Karena kematian adalah satu-satunya hal yang pasti di dunia, maka tanpa ditunggu pun dia akan datang.
Aku sangat berterima kasih dan bersyukur kepada Allah SWT. yang telah mempertemukan aku dengan orang seperti kawanku itu. Dedy, aku yakin kau bisa melihat tulisan ini. Semoga kau bahagia di sisi-Nya. Dan semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu di jannah-Nya. Amin..

                                                                              

                                                                                  Didedikasikan untuk:
                                                                                  Alm. Dedy Arman